Gerbang dari kayu menyambut kami,
suasananya cukup sejuk tapi lembab khas hutan. Bukan, ini bukan gerbang
konohagakure,tapi ini adalah hutan mangrove di daerah pantai indah kapuk atau biasa disebut taman wisata alam Magrove PIK,
mungkin juga hutan terakhir yang ada di daratan Jakarta. Setelah membayar biaya
masuk 25 ribu rupiah per orang, selang beberapa langkah, di sebelah kiri
berdiri sebuah masjid dengan interior yang cukup unik, mesjid ini terbuat dari
kayu dan berada di atas air. Jadi kalo saya solat disini, saya solat di atas air,
seperti orang sakti jaman dahulu.
Kami melanjutkan melangkah hingga
terbentang parkiran mobil dan motor didepan kami, di ujung ada pos pemeriksaan
tiket yang katanya tas ikut diperiksa karena tidak boleh membawa makanan, tapi saat kami
datang, si penjaga hanya melihat isi tas tanpa memeriksa kedalamnya. Tau gitu
bawa makan siang, karena disini makanan tidak jelas harganya.
![]() |
Gerbang Masuk |
![]() |
Tiket |
Setelah melewati pemeriksaan, kami
mendapati persimpangan pertama, lurus ke arah jembatan besar, atau kekanan ke
arah kantin, penginapan, pantai, dll. Kami memilih ke kanan.setelah beberapa
langkah, di kiri kanan ada penginapan yang paling mahal dengan dua kamar dan
kamar mandi dalam, lalu setelah itu ada coffee shop dan kantin yang masih sepi.
Kami melangkah ke arah kiri
melewati jalan setapak ke arah penginapan tenda, tapi menurut saya ini adalah
peninapan semi permanen dari kayu yang bentuknya seperti tenda. Di sebelah
kanan kami ada lapangan dengan playground yang berisi mainan seperti ayunan dan
lain-lain, di samping-samping lapangan tadi ada tenda-tenda tersebut. Kami
melanjutkan melangkah di jalan setapak tersebut sampai jalanan tanah berganti
menjadi jalan setapak dari kayu, disini ada persimpangan lagi, lurus atau ke
kanan. Kami memilih lurus karena kami selalu berdoa kepada Allah untuk
menunjukkan jalan yang lurus.
Di jalan setapak lurus tadi
terdapat tenda-tenda lagi di sebelah kirinya, tenda-tenda kayu tersebut
kelihatan kusam dengan cat coklat yang mulai mengelupas, dan penampakan
belum terjadi debu yang mulai menutupinya, seperti tidak dibersihkan setiap
hari atau sudah tidak ditinggali lama, entahlah Cuma pengelola dan tuhan yang
tahu. Di sebelah kanan jalan setapak tadi ada pohon mangrove kecil yang baru
ditanam dan label siapa orang atau perusahaan yang menanamnya, suatu promosi
CSR yang bisa membuat dianggap cinta lingkungan.
Kami terus berjalan sampai ujung,
dan yang kami dapatkan adalah jalan buntu dan sebuah penginapan besar berlantai
dua yang di lantai bawahnya ada ruang pertemuan. Kondisi penginapan ini kotor,
baik oleh debu maupun oleh sampah plastik bekas makanan kecil dan minuman
botol, untungnya sampah-sampah tersebut ada di dalam tong sampah yang sudah
terlalu penuh. Sunggguh sebuah kesadaran membuang sampah yang sangat baik,
walaupun pengelola benar-benar lupa atau pura-pura lupa untuk mengangkat sampah
tersebut, entahlah, lagi-lagi hanya Tuhan dan pengelolanya yang tahu.
Dari penginapan besar tersebut
terhampar pamandangan yang J.U.A.R.A, pemandangan berupa hutan mangrove dengan
jembatan besar di tengahnya. Ah, sungguh tenang suasana tersebut, apalgi
ditambah angin sepoy-sepoy yang berhembus, menambah segar dan sejuk suasana.
Setelah beberapa foto, kami balik kanan menyusuri jalan lurus tadi, sehingga
tiba di persimpangan yang tadi, karena penasaran kami menyusuri jalan setapak
yang tadi kami acuhkan.
Beberapa langkah, 3 kali selfie
dan 1 kali melihat notifikasi di hp akhirnya kami menemukan satu tempat yang
romantic untuk foto prewed, kami langsung membuka baju kamera di HP
untuk mencari sudut terbaik dalam berfoto. Tak bisa berlama-lama karena tempat
cantik itu sudah mulai ramai oleh pasangan-pasangan yang belum halal untuk
berfoto juga. kami melanjutkan melangkah, melewati persimpangan, kami mengambil
arah ke kiri dan yang kami temui adalah “tenda” kayu yang berjajar seperti
tadi, kamipun terus melangkah sampai ujung.
Diujung jalan ada gazebo yang
juga kotor oleh debu dan cat yang sudah memudar, sungguh suatu fasilitas yang
sia-sia, padahal suasana di gazebo tersebut sangat tenang. Di samping gazebo
tersebut terdapat dermaga, dan disini adalah salah satu tempat yang fotogenik
juga, kami mengambil beberapa kenang-kenangan, dan kali ini tanpa antrian
pasangan-pasangan non-halal lainnya.
![]() |
Gazebo yang tenang, tapi tak terawat :( |
![]() |
Dermaga |
Setelah puas menikmati keindahan
alam dan berfoto, kami melanjutkan melangkah kearah pertigaan tadi. Setelah
sampai pertigaan tadi kami memilih jalan lurus dan ternyata kami kembali ke
daratan, Alhamdulillah kami tak sampai lupa daratan. di ujung jalan ini ada
balai pertemuan yang bisa menampung banyak orang, kami berhenti sejenak di
kursi di bawah pohon rindang, cuaca saat itu sudah mulai terik dan cukup
menguras stamina kami.
Kami melanjutkan langkah ke arah
pantai, setelah beberapa langkah di sebelah kiri kami terdapat dermaga besar
untuk menaiki kapal boat dan kayak yang harga sewanya cukup mahal. Karena
antrian yang cukup panjang, kami mengurungkan niat untuk naik ke kayak sehingga
kami melanjutkan melangkah. Di sebelah kanan jalan besar yang kami telusuri,
terdapat banyak jalan setapak yang kiri kanannya cukup rimbun oleh pohon mangrove,
kami tidak menelusuri jalan setapak tadi karena kami ingin menemukan jembatan
besar yang tadi menjadi latar berfoto kami di awal.
![]() |
Dermaga Perahu dan Kano |
![]() |
Jalan Setapak menuju jembatan besar |
![]() |
Jembatan Besar |
"What is the point of your high education, if you let uneducated people to collect the garbage you throw away on the street"
Kami kembali melangkah ke arah
jembatan sampai tiba-tiba sebuah persimpangan menggoda iman kami untuk
membelokkan langkah, kami mengikuti hawa nafsu kami untuk menyusuri
persimpangan tadi yang ternyata jalan ke arah observatory deck, ahhh, kami menemukan
satu tempat yang menarik lagi, sayang bukan hanya kami yang berada disitu,
sehingga kami tidak bisa puas berfoto. Tempat inipun tidak luput dari tangan-tangan
jahil yang menuliskan tanda cinta dan jadiannya di pagar pembatas observatory
deck itu, fuckkk, siapa juga yang mau tahu tanggal kalian jadian, kenal saja
tidak. Saya doakan semoga cepat putus dan tidak lupa menghapus tanda yg kalian
tulis di pagar, amiin.
![]() |
Mari doakan cepat putus, Amiin |
![]() |
Pantai ??? |
PS : setelah saya menelusuri
melalui google maps, ternyata sedang ada reklamasi. Sehingga teluk Jakarta yang
seharusnya terlihat dari pantai tadi berganti pemandangan menjadi tanah kosong
dengan excavator yang sedang bekerja dan juga ada truk-truk besar.
Cara dan biaya ke Hutan Manggrove
PIK :
1. Naik Busway koridor manapun ke
halte monas.
2. tunggu dengan sabar BKTB ke
Pantai Indah Kapuk, menunggu bis ini tidak selama kamu menunggu jodoh yang tak
kunjung datang
3. naik BKTB dengan kaki terlebih
dahulu dan dengan melangkah, bukan salto apalagi kayang. Setelah naik bayarlah
sesuai harga yang berlaku, setelah itu nikmati perjalanannya
4. Mas-mas penjaga BKTB tahu
kalian harus turun dimana jika ingin ke Hutan mangrove, maka dari itu sampaikan
tujuan kamu ke dia, tolong dengan baik-baik dan jangan dengan mengedipkan mata,
apalagi jika kamu adalah lelaki.
5. setelah sampai gerbang jangan
berbicara dengan bahasa inggris atau india, atau bahasa selain bahasa
Indonesia, karena tiket masuk akan berubah menjadi 10x lipat untuk WNA.
Perincian biaya :
Tiket busway : Rp. 2.000 (pukul
05.00-07.00)
Rp. 3.500 (pukul 07.01 – tutup)
Tiket BKTP PIK : Rp. 2.500
Tiket masuk : Rp. 25.000
Total PP : Rp. 33.000 / Rp. 37.000
Tips :
1. Bawa uang dan niatkan pergi
kesini
2. bawa sunblock dan air mineral dan anti nyamuk semprot, bukan bakar apalagi elektrik, ini serius karena banyak nyamuk beneran, bukan kamu yang disebut nyamuk karena menjadi figuran temanmu dan pacarnya yang memadu kasih disana, jika itu benar-benar terjadi, maka semprotkan obat nyamuk tadi ke dirimu
3. bawa makanan kecil atau bekal,
karena harga makanan disini tidak jelas, saya membeli teh botol seharga Rp.
8.000, setelah sebelumnya bertanya ke tiga orang pelayan berbeda, pelayan
pertama mengatakan harganya 12rb, pelayan kedua 10rb, setelah pelayan ketiga
baru menjadi 8rb.
4. waktu terbaik untuk kesini
adalah pagi, sekitar jam 7-11, karena belum banyak orang sehingga bisa bebas
mengambil foto, dan juga udara belum terlalu terik. Atau pukul 14 s/d sore
untuk melihat sunset.
![]() |
BKTB PIK |
Life memories :
Comments
Post a Comment
comment anda adalah motivasi saya untuk lebih baik dalam menulis