![]() |
Suasan Terminal Chatuchak |
Dengan ramah gw menjawab “ MBK
Center”, lalu si bapak kembali menjawab “ you must go to national stadium BTS,
but before you need to transit at Siam, the train is above you, so you must use
elevator”. “thank you” jawab gw. Wow, ini keramahan ketiga yang gw dapet dari
warga Bangkok, ga pake ditanya si bapak langsung memberi gw penjelasan lengkap.
Dengan hati lega gw melanjutkan
perjalanan menghabiskan setengah hari di kota yang ramah ini. Hari ini
rencananya si belanja jendela atau window shoping doang.hahaha. maklum
backpacker.
Keramahan ke-4 :
Setelah menitipkan ransel di
tempat penitipan tas gratis (ini yang gw suka, gratissssss) di lantai 6 MBK
center, gw dan istri melihat-lihat mall ini. MBK center ini kalau di Indonesia
mungkin bisa dibilang mirip ITC, dengan kios-kios yang lebih murah dari
mall-mall di sekitaran area siam. Untuk yang mau belanja oleh-oleh disini
tempatnya. kaus bergambar atau bertuliskan Bangkok dengan berbagai macam motif
dibanderol sekitar 100 sampai 250 baht, tergantung kualitas. Untuk gantungan
kunci gw ga nanya-nanya, banyak juga barang-barang lain seperti hiasan dinding,
pashmina, dan patung-patung kecil untuk hiasan meja. Disni tempat favorit orang
Indonesia buat belanja, gw melihat dan mendengar beberapa kali bahasa Indonesia
disini, kebanyakan si rombongan ibu-ibu yang ikut tur.
Setelah puas muter-muter MBK, gw
berlanjut ke mall-mall lain di area siam, seperti siam paragon, siam discovery,
siam center dan siam square. Mall-mall ini seperti mall Grand Indonesia kalau
di Jakarta, banyak toko-toko bermerk terkenal mengisi mall ini. Disini lagi –
lagi gw (window) shopping dong.
Puas mengitari dan menuntaskan
rasa penasaran gw dengan kawasan yang paling direkomendasikan turis-turis
Indonesia ini, gw akhirnya berniat belanja dan mencari oleh-oleh, yaitu
kopi-kopian atau teh yang Cuma ada di Thailand. saat itu gw udah cape jalan dan
bingung ga ketemu sama yang namanya supermarket (atau gw lier yg ga ngeliat itu
supermarket), dari luar pintu masuk mall keempat yang adalah harapan terakhir
gw untuk nyari oleh2, yaitu siam square, gw nengok-nengok dan menerawang dari
depan pintu masuk ke dalam mall untuk melihat apakah ada supermarket di dalem
situ.
Melihat muka gw yang kucel
seperti gembel terminal senen nengok-nengok ke dalem mall, seorang ibu-ibu menegur
gw.”where you going??”, gw langsung bertanya ke dia apakah ada supermarket di
dalem. Dan, ya namanya emak-emak, dia langsung nyerocos dengan bahasa
inggrisnya yang berlogat Thailand, dia ngomongin mulai dimana aja supermarket, sampe
kasih tau gw barang-barang bagus yang harus gw beli di Bangkok beserta
tempatnya, saat itu gw speechless, campur aduk antara meraba-raba (maksud
kata-kata si ibu, bukan badannya) atau ga ngerti apa yang dia omongin, sampai
akhirnya gw tanya lagi dimana supermarket terdekat, dan dia jawab di basement
MBK center. Ya walaupun gw rada bingung sama kata-kata si ibu, tapi dengan
keterbatasannya dia membantu gw tanpa gw tanya duluan. Thanks ibu-ibu
misterius.
Keramahan ke-5 :
Matahari mulai kembali ke peraduannya,
meninggalkan gelap di langit Bangkok sore itu, dan itu pertanda gw harus
kembali menuju terminal bis chatuchak untuk melanjutkan trip ini ke Negara
selanjutnya, Vientiane.Gw kembali menaiki BTS ke stasiun
mochit, sesampainya disana gw menunggu di halte untuk naik ke bis A1 yang akan
mengantar gw ke terminal bis chatuchak. Tidak sampai 10 menit sebuah bis
datang, dan langsung mendekati bis tersebut. Sesampainya di pintu masuk, si
kenek yang ternyata ibu-ibu ngelarang gw masuk, gw langsung tanya “you go to
chatuchak bus terminal?”, ternyata si ibu ga bisa bahasa inggris, waduh gw
langsung bingung.
Sementara gw kebingungan, si ibu
kenek berbicara dengan bahasa inggrisnya yang terbatas, dia bilang “bus” sambil
membuat isyarat angka dengan tangannya. Gw saat itu masih bingung, tapi si ibu
kenek masih tetep membantu gw dengan sabar, walaupun bis nya sudah di klakson
oleh mobil-mobil dibelakangnya. Lalu dia ke dalam bis mengambil secarik kertas
bertuliskan angka,lah kok dia malah ngasih nomer, entah itu nomer telponnya
atau apa. Sampai akhirnya dia ngasih penjelasan dengan bahasa inggris per kata,
“bus”, “chatuchak”. Oooo, akhirnya gw ngerti, yang dia kasih adalah nomer bis
yang bisa gw tumpangi ke terminal chatuchak.
Gw langsung bilang “thanks” ke si
ibu kenek, dibalas oleh senyuman oleh si ibu kenek. Selanjutnya dia langsung
menutup pintu bis dan si supir langsung tancap gas. Gw senang dan bersyukur
dibantu sampai gw ngerti harus naik apa dan kemana. Coba kalau di terminal
pulogadung dan lo nanya ke kenek metromini, pasti langsung disuruh naik ke
bisnya dia dan diturunin di antah berantah sambil bilang harus nyambung ke bis
lain.
![]() |
tiket bis ke Nong Khai |
Keramahan ke - 6 :
Waktu menunjukkan pukul 8 malam
lewat, gw udah menunggu di line yang sudah tertulis di tiket bis. Seorang
bapak-bapak berseragam ngeliat tiket gw dan menyuruh gw untuk mengikutinya, gw
langsung ga mau lah, gw berpikiran si bapak ini akan nyuruh gw naik bisnya dan
menagih uang di dalam bisnya, lalu menurunkan gw di perempatan jalan kota
tujuan gw, nong Khai, dan nyuruh gw naik bis lain. Pokoknya lengkap lah pikiran
jelek gw ke bapak tadi. Saat gw tidak menuruti keinginannya, si bapak tadi
langsung menggerutu dalam bahasa Thai, gw tidak menghiraukannya dan duduk di
bangku yang tersedia di line bis yang sudah tertulis di tiket.
15 menit sebelum keberangkatan,
masih belum terlihat tanda-tanda bis yang akan gw naiki muncul, gw mulai
bingung lagi. akhirnya gw tanya ke mas-mas berseragam lain, si mas itu nunjuk
ke arah belakang bisnya ke sebuah line bis yang lain, tepat ke arah si bapak
yang di gak gw gubris. Gw bengong dengan apa yang dia tunjuk, lalu dia nyerocos
dalam bahasa Thai yang membuat gw tambah bingung. Gw kembali bertanya ke dia
untuk memastikan dimana bis yang akan gw naiki parkir dengan menyebut “Nong
Khai” beberapa kali, dia masih nunjuk-nunjuk ke arah tadi dengan bahasa Thai
nya.
Gw akhirnya memberanikan diri
melangkah ke arah yang dia tunjuk, dan ternyata bis gw parkir di line yang
berbeda dari yang tertulis di tiket. Selang beberapa lama, si bapak yang gw acuhkan
tadi datang dan mengobrol dengan orang-orang disitu. Gw akhirnya tau maksud si
bapak tadi, ternyata dia mau nolong gw dengan menunjukkan dimana bis gw parkir,
hehe. Gw yang merasa menyesal akhirnya naik ke bis, dan duduk di bangku yang
sudah tertulis di tiket. gw duduk dengan memikirkan pelajaran berharga yang baru saja gw dapat, yaitu jangan selalu su’udzon
(berprasangka buruk) dengan orang lain.
Comments
Post a Comment
comment anda adalah motivasi saya untuk lebih baik dalam menulis