Jrekk, suara stempel visa milik
petugas imigrasi Thailand menghantam salah satu halaman paspor gw. Fuihh, gw
bernapas lega, keringet dingin di kening gw pun hilang. Baru kali ini gw
menghadapi petugas imigrasi yang cukup ramah, yang menanyai gw tanpa
bentakan. Legaaaaa, setelah sebelumnya
berdebar debar karena takut tidak bisa melanjutkan perjalanan karena tidak
diijinkan masuk Bangkok. Inilah keramahan pertama yang menyapa gw di Bangkok.
Sebelumnya…..
ผู้โดยสารที่รักของเราเร็ว ๆ นี้จะลงจอดที่สนามบินนานาชาติดอนเมืองขอขอบคุณสำหรับการเลือกแอร์เอเชีย…
ga ngerti???, sama gw juga…BTW itu kira2 pengumuman dari
pramugari Air Asia dalam bahasa Thailand yang membangunkan gw. Iya, gw
ketiduran setelah kecapaian karena hectic di bandara. Tapi untungnya setelah
bahasa thai tadi, si pramugari akhirnya mengumumkan dalam bahasa inggris yang
kira-kira mengucapkan terima kasih karena sudah terbang bersama Air Asia.
Jam menunjukkan hampir pukul 23.30 saat pesawat mendarat di
bandara Don Mueang, Bangkok. Pesawat
parkir di tempat yang tidak memakai garbrata, sehingga para penumpang harus
menaiki bis untuk menuju terminal kedatangan. Disini gw kesel karena ada bule
serabat serobot pas naik bis, tapi masih bisa gw tahan untuk negor dia. Eh pas
turun dari bis si bule ini serabat serobot juga, anjirrrr, langsung aja hampir
gw tekel gunting tuh bule, tapi gw kembali menahan nekel si bule karena dia
lebih gede dan lebih keker badannya dari gw, untung lo lebih gede, kalo ga…. ah
sudahlah.
Mata gw mulai mencari duit
jatuh dimana pojokan buat rebahan menghabiskan malam saat mulai memasuki
gedung terminal. Tapi niat itu gw urungkan karena gw belom melewati imigrasi.
Sesampainya di imigrasi gw kaget karena antrian yang cukup panjang, padahal
saat itu sudah hampir pukul 12 malam, dan kalo kata slank kamu harus cepat
pulang.
![]() |
antrian di imigrasi Don Muang Airport |
Gw mengantri dengan sabar dan santai dengan paspor dan arrival
card di tangan. Saat giliran gw,mmmm, beginilah kira-kira percakapan antara
seorang pria dengan wanita si petugas imigrasi yang ramah, yang disingkat
WPIYR.
WPIYR : hello,
Gw : hai..*ngasih
paspor dan arrival card*
WPIYR : where you stay??.
You must write where you stay
Gw : mmm, actually
we (red : saya dan istri, bukan saya dan si petugas imigrasi) have plan to stay
at this airport tonight, and go with bus tomorrow to Vientiane.
WPIYR : but you must stay
and write some address
Gw : we don’t have
hotel to stay tonight
WPIYR : you must show me
your hotel at Bangkok to enter this city
Gw mulai keringet dingin disini, tapi si petugas imigrasi masih
ramah. Gw akhirnya punya ide buat menunjukkan semua hasil print out booking
hotel dan pesawat, dan juga itinerary yang sudah gw buat.
Gw : eeee, this is
our hotel at Hanoi, and this is our flight ticket to KL, and this is my
itinerary
WPIYR : hmmm, so you will
go to Hanoi??, and this is your ticket to Jakarta??. You will take bus??
Gw : yes, that’s
correct mam.
WPIYR : okai…
Jreekkkk, akhirnya si stempel visa mendarat di paspor, gw lega.
Selanjutnya tinggal istri. Gw kembali berdebar-debar karena si istri kurang
lancar bahasa inggrisnya. Tapi si petugas imigrasi yang ramah tadi sepertinya
tau kalau si istri pergi bersama gw. Jadi langsung lancar saja, fuihhhhh. Akhirnya
kami menghabiskan malam di bandara. Untuk spot-spot tidur akan gw ceritakan di
postingan terpisah ya..
Keramahan kedua :
Matahari mulai menampakan ronanya, pagi mulai menjelang di Bangkok,
dan gw sudah bersiap-siap di halte bis A1/A2 untuk menuju Chatuchak (Bangkok
bus terminal) dan membeli tiket bis ke nong Khai. Tepat pukul 7.30 bus A1 yang pertama datang.
Banyak penumpang yang sudah menunggu langsung menyerbu bus tersebut. 30 menit
kemudian bis sampai di BTS Mochit, dan semua penumpang turun, yang tersisa Cuma
supir, kernek, satu orang cewek, dan 2 orang kebingungan.
![]() |
Suasana di dalam bis A1 |
Kalau kosong seharusnya bis akan langsung kembali ke airport.
Tapi si supir dengan baik hati mengantarkan ketiga penumpangnya ke terminal
bis. Coba kalo naik metromini, pasti akan langsung disuruh turun dan bilang
sewa habis sampai disini tanpa kata perpisahan.sungguh, lelaki yang tidak punya
perasaan!!.
Sesampainya didepan terminal seperti turis-turis lain (atau cuma
gw), gw berfoto-foto ria tanpa menghiraukan bule-bule yang sedang asyik saja
berjemur sambil membaca buku di rerumputan depan terminal. Ini seriusan, ada 2
orang bule yang asik saja menggelar alas dan tiduran disitu sambil berjemur dan
baca buku. Mungkin di negaranya itu hal yang lumrah, tapi disini??, mungkin
juga hal lumrah si.
![]() |
Norak !!!!!! , bodo amat, gw turis |
Gw masuk ke terminal yang cukup megah ini, terminal jauh dari
kesan kumuh dan menyeramkan, keadaannya bersih dan tidak ada calo yang
menarik-narik penumpang, kita harus benar-benar belajar agar pengelolaan
terminal bisa seprofesional Thailand, jadi banyak turis semakin nyaman. Gw
melihat-lihat di lantai pertama, sepertinya tidak ada loket yang menjual tiket
ke tujuan ke utara, yang banyak adalah menuju Thailand bagian selatan, dan
tidak ada yang ke barat karena takut mengganggu biksu Tong yang sedang mencari
kitab suci. Setelah membaca papan petunjuk gw menuju lantai 2 untuk mencari
loket tiket ke kota tujuan gw, Nong Khai.
Sesampainya di lantai 2, gw celingak celinguk kebingungan,
seorang satpam bertanya ke gw dengan bahasa Thai yang membuat gw tambah bingung.
Si satpam bicara lagi, kali ini dia bilang go, gw kembali bingung, apakah gw
disuruh pergi, atau disuruh mulai lari marathon. Akhirnya gw mengerti maksud si
satpam yang bertanya kemana tujuan gw, lalu gw bilang Nong Kai (tanpa H), si
satpam bingung lagi, dan gw juga bingung karena si satpam bingung, sehingga
banyak kebingungan disini. Setelah gw bilang Vientiane si satpam akhirnya
mengerti, dan saat ada seorang lewat yang gw tahu adalah sales tiket di salah
satu loket, si satpam bilang dalam bahasa thai ke orang tersebut dan
nyebut-nyebut Vientiane. Gw disuruh keatas untuk mengikuti sales tersebut.
Gw kira kebingungan akan berakhir dan dengan lancar gw akan
mendapatkan tiket ke Nong Khai. Tapi kebingungan masih berlanjut. Di depan
konter tiket si sales tiket kembali nanya gw mau kemana, gw kembali jawab Nong
Kai(tanpa H), si sales bingung dan celingak celinguk ke temennya, gw juga
bingung lagi dan lihat-lihatan sama istri. Gw bilang Nong Kai, lalu Vientiane,
lalu bilang border, si sales akhirnya mengerti, dan berbicara dengan temannya โอ้ก็ nong kai
จะเปิดหนอง Nong Khai. Kebingungan
gw juga akhirnya terjawab kenapa ga ada orang yang ngerti pas gw bilang Nong
Kai, ternyata gw menyebut Kai tanpa H, sedangkan seharusnya pake H, dengan
penyebutan yang benar Nong Khai.
#tips : kalau ingin ke Vientiane,
akan lebih murah jika ngeteng ke Nong Khai, lalu melanjutkan dengan bis dari
Nong Khai Ke Vientiane
Semua kebingungan tadi membuat gw lapar dan haus, sehingga
setelah mendapatkan tiket bis, gw duduk-duduk menyusun rencana akan kemana
lagi, karena tidak ada rencana khusus selain menghabiskan waktu di area Siam. Gw membuka peta untuk memahami peta tersebut,
karena gw tidak tahu naik bis apa untuk kembali ke BTS Mo Chit, maka gw
memutuskan untuk berjalan, walaupun jarak antara terminal dan BTS cukup
lumayan.
……
Keramahan di Bangkok akan berlanjut di episode selanjutnya….
![]() |
suasana ruang tunggu di dalam terminal chatuchak |
![]() |
Loket penjualan tiket |
No comments:
Post a Comment
comment anda adalah motivasi saya untuk lebih baik dalam menulis